Kilasbanggai.com
Rabu, Desember 31, 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Karir
  • Pedoman Media Siber
  • Login
  • BERANDA
  • BANGGAI
  • MEMILIH 2024
    • Pemilu Legislatif
    • Pilpres
    • Pilkada
  • SULTENG
  • CELEBES
  • EKONOMI
  • POLITIK
  • OLAHRAGA
  • BISNIS
  • TRAVEL
  • ADVETORIAL
No Result
View All Result
Kilasbanggai.com
  • BERANDA
  • BANGGAI
  • MEMILIH 2024
    • Pemilu Legislatif
    • Pilpres
    • Pilkada
  • SULTENG
  • CELEBES
  • EKONOMI
  • POLITIK
  • OLAHRAGA
  • BISNIS
  • TRAVEL
  • ADVETORIAL
No Result
View All Result
Kilasbanggai.com
  • NASIONAL
  • BANGGAI
  • SULTENG
  • POLITIK
  • PARIWISATA
  • HUKRIM

Tandayo dan Tano Doso’an: Kritik Ekologis di Tengah Arus Industrialisasi

Ikbal Siduru by Ikbal Siduru
8 November 2025
in Banggai, Luwuk

Oleh : Irsan S. Nang

KILASBANGGAI.COM – Ada yang menarik pada penutupan Festival Teluk Lalong 2025, khususnya saat penampilan monolog berjudul TANDAYO dari Kecamatan Moilong. Pertunjukan ini tidak hanya memikat secara artistik, tetapi juga menghadirkan pesan ekologis yang kuat tentang hubungan manusia, alam, dan budaya lokal yang kini mulai terkikis oleh arus industrialisasi.

 

BACA JUGA

Polsek Bunta Imbau Pedagang Tak Jual Petasan, Berdaya Ledak Besar

Polsek Bunta Imbau Pedagang Tak Jual Petasan, Berdaya Ledak Besar

31 Desember 2025
Minim Transparansi, TNI Diduga Tangani Proyek Gerai Kopdes di Banggai

Minim Transparansi, TNI Diduga Tangani Proyek Gerai Kopdes di Banggai

30 Desember 2025

Dalam monolog tersebut, Tandayo digambarkan sebagai seorang anak yang hidup di tengah hutan bersama kakeknya, Kai’ Tumpu Nu Alas yang jika diartikan berarti Penjaga Hutan. Mereka tinggal di sebuah pulau bernama Tano Doso’an, yang dikenal masyarakat sebagai Hutan Larangan, tempat sakral yang dijaga turun-temurun oleh para leluhur agar tetap lestari.

 

Tandayo digambarkan sebagai tameng dan pewaris Tano Doso’an, penerus nilai-nilai kearifan lokal yang menjunjung harmoni antara manusia dan alam. Di pulau itu hidup burung Maleo, satwa endemik Sulawesi yang memiliki makna spiritual bagi masyarakat adat. Namun, ketenangan hutan itu terusik ketika datang para pemburu serakah yang menjarah telur Maleo dan hasil hutan lainnya demi keuntungan pribadi.

 

Untuk melindungi tanah leluhurnya, Tandayo memasang Ombo’ penangkal sakral di setiap sudut pulau sebagai simbol perlindungan dan perlawanan terhadap keserakahan manusia. Tetapi keserakahan itu melampaui batas: para pemburu yang tak lagi percaya pada pantangan dan nilai adat menghancurkan seluruh Ombo’, merusak hutan larangan, dan menjarah seluruh isi Tano Doso’an. Burung Maleo pun hilang, dan hutan yang dulu hidup kini berubah menjadi ruang sunyi tanpa roh.

 

Pada akhir monolog, Tandayo bersumpah akan menuntut balas bagi mereka yang telah mencabik kehormatan budaya dan menghancurkan hutan warisan leluhurnya. Sumpah itu bukan hanya bentuk kemarahan, tetapi juga seruan moral bagi generasi hari ini agar tidak diam menyaksikan kerusakan alam yang kian parah.

 

Kisah yang dibawakan dalam monolog tersebut sesungguhnya merupakan kritik ekologis terhadap realitas kontemporer. Para “pemburu” dalam cerita melambangkan korporasi dan kekuatan industri yang membabat hutan adat atas nama investasi dan pembangunan. Di balik jargon pembangunan, tersimpan jejak perampasan ruang hidup hutan ditebang, habitat Maleo lenyap, dan nilai budaya yang selama ini menjaga keseimbangan ekosistem perlahan memudar.

 

Maleo dalam kisah ini adalah simbol kehidupan dan keseimbangan alam Sulawesi; sedangkan Tandayo adalah personifikasi dari perlawanan dan kesadaran ekologis. Keduanya merepresentasikan benturan antara kearifan lokal dan logika industri, antara nilai-nilai pelestarian dan kerakusan manusia modern.

 

Monolog Tandayo hadir bukan hanya sebagai karya seni, tetapi sebagai manifesto ekologis yang menggugah kesadaran publik. Ia mengingatkan kita bahwa hutan bukan sekadar sumber ekonomi, tetapi juga ruang spiritual dan identitas budaya. Ketika hutan rusak dan Maleo hilang, maka hilang pula sebagian dari jati diri masyarakat Sulawesi itu sendiri.

 

Karenanya, pesan yang ingin disampaikan jelas:

kita semua harus menjadi Tandayo penjaga Tano Doso’an di masa kini.

Menjadi mereka yang berani melindungi alam, budaya, dan kehidupan, meski arus industrialisasi terus menggoda dengan janji-janji pembangunan semu.

Previous Post

TNI Bantu Awasi Pembangunan Gedung Kopdes Merah Putih di Bunta, Banggai

Next Post

Bikin Heboh Warga! Mobil Terbakar Hebat di Depan Depot Pertamina Luwuk

Berita Pilihan

Polsek Bunta Imbau Pedagang Tak Jual Petasan, Berdaya Ledak Besar

Polsek Bunta Imbau Pedagang Tak Jual Petasan, Berdaya Ledak Besar

by Ikbal Siduru
31 Desember 2025
0

KILASBNGGAI.COM, BUNTA - Polsek Bunta Polres Banggai mengingatkan ke seluruh pedagang petasan untuk tidak menjual petasan berdaya ledak tinggi.  ...

Minim Transparansi, TNI Diduga Tangani Proyek Gerai Kopdes di Banggai

Minim Transparansi, TNI Diduga Tangani Proyek Gerai Kopdes di Banggai

by Ikbal Siduru
30 Desember 2025
0

KILASBANGGAI.COM, LUWUK— Semangat pemerintah pusat dalam mendongkrak ekonomi kerakyatan melalui program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih patut diapresiasi. Program nasional...

Polsek Bunta Gelar Rapat Koordinasi, Matangkan Pengamanan Tahun Baru

Polsek Bunta Gelar Rapat Koordinasi, Matangkan Pengamanan Tahun Baru

by Ikbal Siduru
30 Desember 2025
0

KILASBANGGAI.COM - Dalam rangka menciptakan situasi kamtibmas yang aman dan kondusif menjelang perayaan Tahun Baru 2026, Polsek Bunta menggelar Rapat...

Layanan Bank Sulteng Luwuk Jadi Sorotan, Diduga Tak Antisipasi Padatnya Transaksi Akhir Tahun

Layanan Bank Sulteng Luwuk Jadi Sorotan, Diduga Tak Antisipasi Padatnya Transaksi Akhir Tahun

by Muhammad Maruf
29 Desember 2025
0

KILASBANGGAI.COM, LUWUK— Pelayanan Bank Sulteng Cabang Luwuk, Kabupaten Banggai, dikeluhkan sejumlah nasabah, Senin (29/12/2025). Antrean panjang terjadi sejak pagi hari,...

Live Tak Senonoh di TikTok, Sepasang Kekasih di Toili Diringkus Polisi

Live Tak Senonoh di TikTok, Sepasang Kekasih di Toili Diringkus Polisi

by Muhammad Maruf
27 Desember 2025
0

KILASBANGGAI.COM,TOILI- Polsek Toili, Polres Banggai, Polda Sulteng mengamankan dua terduga pelaku tindak pidana kesusilaan yang dilakukan melalui siaran langsung pada...

Next Post
Bikin Heboh Warga! Mobil Terbakar Hebat di Depan Depot Pertamina Luwuk

Bikin Heboh Warga! Mobil Terbakar Hebat di Depan Depot Pertamina Luwuk

Discussion about this post

Polsek Bunta Imbau Pedagang Tak Jual Petasan, Berdaya Ledak Besar

Polsek Bunta Imbau Pedagang Tak Jual Petasan, Berdaya Ledak Besar

by Ikbal Siduru
31 Desember 2025
0

Konsep Otomatis

Gubernur Anwar Hafid Lantik 36 Pejabat Eselon II dan 3.230 PPPK Paruh Waktu

by Muhammad Maruf
31 Desember 2025
0

Konsep Otomatis

Setelah 212 Km di 2025, Anwar-Reny Bidik Jalan Lingkar Togean dan Kepala Burung Banggai

by Muhammad Maruf
30 Desember 2025
0

Minim Transparansi, TNI Diduga Tangani Proyek Gerai Kopdes di Banggai

Minim Transparansi, TNI Diduga Tangani Proyek Gerai Kopdes di Banggai

by Ikbal Siduru
30 Desember 2025
0

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Privacy Policy
Media Network

© 2023 Kilasbanggai.com

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BANGGAI
  • MEMILIH 2024
    • Pemilu Legislatif
    • Pilpres
    • Pilkada
  • SULTENG
  • CELEBES
  • EKONOMI
  • POLITIK
  • OLAHRAGA
  • BISNIS
  • TRAVEL
  • ADVETORIAL

© 2023 Kilasbanggai.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In