KILASBANGGAI.COM,JAKARTA– Peringatan Hari Tani Nasional ke-65 di depan Istana Negara Jakarta berlangsung dramatis, dengan suara rakyat dari penjuru negeri, termasuk Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menggema lantang menuntut keadilan agraria. Di tengah ribuan massa aksi, perlawanan rakyat terhadap perampasan tanah oleh korporasi besar disimbolkan secara heroik oleh aktivis agraria asal Riau, Muhammad Ridwan, yang memilih mengecor tubuhnya dengan semen.
“Aksi cor badan ini adalah tanda bahwa kami tidak akan berhenti sampai negara serius menyelesaikan konflik agraria. Kami rela tubuh ini mengeras dengan semen, asal tanah rakyat jangan lagi dirampas,” tegas Ridwan, menjadikan tubuhnya sebagai monumen hidup perjuangan petani.
Momentum Hari Tani Nasional tahun ini menjadi titik krusial bagi rakyat Banggai. Isu konflik agraria di Banggai secara resmi dibawa ke tingkat nasional dan dibahas dalam forum mediasi bersama perwakilan pemerintah: Menteri Koperasi dan UKM Maman Abdul Rahman, Wakil Menteri Sekretariat Negara Juri Ardiantoro, serta Wakil Menteri Perindustrian Faisol Reza.
Ketua Umum LMND, Moh. Isnain Mukadar, dengan tegas menyatakan bahwa konflik di Banggai merupakan bukti nyata kegagalan negara dalam menjalankan reforma agraria. Tuntutan utama rakyat Banggai yang disuarakan di depan Istana dan dalam forum mediasi meliputi:
1. Evaluasi Sertipikat HGU 0064 seluas 84 hektar di Kelurahan Sisipan, Batui, yang kini dikuasai PT. Matra Arona Banggai (PT. MAB) dari peralihan PT. BSS.
2. Pembatalan dan Pencabutan SHGU Nomor 01 Tolando seluas 65,5 hektar yang tengah diajukan perpanjangan oleh PT. MAB.
3. Evaluasi HGU PT. Sawindo Cemerlang yang terindikasi tumpang tindih dengan lahan rakyat di Batui dan Batui Selatan.
“Kami menuntut agar pemerintah segera mencabut HGU PT. MAB yang merampas tanah rakyat di Sisipan, Tolando, dan Batui. Tidak ada jalan lain, tanah rakyat harus kembali ke tangan rakyat,” ujar Isnain. Ia menambahkan, “Rakyat Banggai sudah terlalu lama menunggu keadilan. Negara harus memilih: berpihak pada petani atau terus menjadi pelayan korporasi.”
Respons Pemerintah dan Harapan Masyarakat
Menanggapi tuntutan yang meruncing, pemerintah melalui ruang mediasi menyatakan kesediaannya menindaklanjuti dengan membentuk badan ad hoc Dewan Reforma Agraria Nasional.
Namun, LMND mengingatkan agar pembentukan badan ini tidak hanya menjadi formalitas belaka. Isnain Mukadar menekankan pentingnya keterlibatan unsur masyarakat, pemuda, dan mahasiswa dalam badan ad hoc tersebut agar pelaksanaan reforma agraria benar-benar berpihak pada rakyat.
Hari Tani Nasional 2025 ini membuktikan bahwa suara rakyat Banggai kini tidak lagi terisolasi di kampung halaman, melainkan telah menggema di depan Istana Negara dan menjadi bagian dari denyut perjuangan agraria nasional. “Tanah adalah sumber kehidupan. Selama tanah dirampas, rakyat tidak akan berhenti melawan,” pungkas Isnain dengan lantang.(*)
Discussion about this post